Universitas
Haluoleo merupakan Universitas pertama dan terbesar di Sulawesi Tenggara
(Sultra). Sebagai mahasiswa di Universitas tersebut, rasanya bangga dapat lolos
seleksi mengalahkan ratusan pendaftar calon Mahasiswa lainnya. Namun ketika
diluar sana para intelektual muda berbakat berlomba-lomba membanggakan
prestasinya dengan membawa nama Universitas mereka, dan orang-orang ramai
membicarakan sana-sini sampai tersebar lewat media. Dan ketika itu juga
Universitas Haluoleo tersebar berita dengan kata “UNHALU Berdara, UNHALU Rusuh,
atau UNHALU Mencekam.” Patutkah kita merasa bangga dengan pemberitaan itu
karena beritanya dimana-mana? Yang pantas dibanggakan itu adalah prestasi bukan
kriminalitas.
Mereka
mengatas namakan suatu golongan, ras dan etnis. Memang tidak bisa dipungkiri
bahwa Sultra merupakan suatu daerah multi etnis yang dihuni oleh berbagai suku
dengan berbagai macam bahasa. Dan ketika konflik tengah terjadi di Kampus
Unhalu sering dikaitkan dengan etnis tertentu, dan setiap kali terjadi konflik
orang-orang akan selalu bertanya “Suku
apami lagi itu dengan suku apa yang bermasalah?” Bukankah kita para
intelektual adalah pemuda-pemudi juga masyarakat Indonesia? Yang memiliki 3
sumpah, yaitu Sumpah Pemuda. Karena pada akhirnya kita akan kembali dengan
sumpah yang ke-3, yaitu “Kami Putra dan
Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Etnis hanyalah
suatu kebudayaan dan identitas dari masing-masing daerah. Kita ini adalah satu,
Bertumpah dara satu, tanah air Indonesia
dan Berbangsa yang satu, yaitu bangsa
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar